Oleh : Ust. Abu Ubaidah
Bagi warga Indonesia kitab yang ditulis oleh seorang bernama Muhammad bin Sulaiman al- Juzuli (wafat th. 870 H) ini bukanlah hal yang asing lagi, lantaran buku ini merupakan salah satu pegangan pokok dalam ritual terkenal di kalangan mereka yang biasa dikenal dengan “Barjanjian” . Bahkan bukan hanya di Indonesia saja, ternyata telah melanda di belahan dunia. Haji Khalifah berkata dalam Kasyfu Dzunun 1/759: “Kitab ini merupakan tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah tentang shalawat kepada Rasul, biasa dibaca di belahan barat dan timur, terutama Negara Eropa!!!”. Al-Ustadz Khairuddin al-Wanli mengatakan: “Demi Allah saya bersumpah, tidaklah saya memasuki perpustakan masjid melainkan saya mendapatkan kitab Dalail Khairat agak rusak, karena sering dipergunakan, padahal dalam waktu yang sama saya mendapati mushaf Al- Qur’an penuh dengan debu karena jarang dibuka.
Semua ini karena kedustaan dan janji-janji palsu yang terdapat dalam Dalail bahwa barangsiapa yang membaca ini niscaya akan mendapatkan ini dan itu, shalawat ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan lain sebagainya dari kedustaan yang diterima oleh masyarakat dengan amat mudah. Oleh karenanya mereka begitu antusias dalam membacanya dan merasa bahwa mereka mendekatkan diri kepada Allah!! Dalam muqaddimahnya dicantumkan ucapan seorang diantara mereka: َ ْاﻟ ْﺨَﻴْﺮَاتِ ﺗ َﺤ َﻜ َّﻤ َﺖْ اﻟﺸ َّﻬ َﻮَاتِ ﻟ َﻈ َﻰ ﺑ ِﺎﻟﺼ َّﻼ َةِ ﻫ َﻮَاﻫ َﺎ ﻓ َﺎﺻْﺮ ِفْ ” بِ ﺳِﻴ َّﻤ َﺎ ﻻَ ﻣ ُﻮَاﻇِﺒ ًﺎ د َﻻَﺋ ِﻞِ ﻣِﻨ ْﻚ اﻟﻨ َّﻔ ْﺲَ رَأَﻳ ْﺖَ وَإ ِذَا ﻓ ِﻲْ ﺗ َﻘ ُﻮ ْد ُكَ و َﻏ َﺪ َت ” !! Apabila engkau melihat hawa nafsumu memuncak Dan ingin menyeretmu ke jeratan syahwat Maka paligkanlah dengan banyak shalawat Terutama dengan “Dalail Khairat”!!. Seandainya seorang yang berakal mau merenungi isinya, niscaya dia akan berpaling darinya dan melarang manusia untuk membacanya karena memang kitab tersebut sarat dengan kedustaan, kesyirikan dan kesesatan, serta dia akan berusaha untuk mengeluarkan kitab-kitab ini dari rumah-rumah Allah”. Uraian singkat berikut ini mencoba untuk memberikan beberapa bukti sebagai gambaran tentang isi kitab tersebut. Kita berdoa kepada Allah agar memberikan kepada kita semua hidayah dan menetapkan kita di atasnya: 1. Shalawat Dibuat-Buat Dalam pembukaannya hal. 2, al-Juzuli mengatakan: “Tujuan penulisan kitab ini adalah memaparkan shalawat kepada Nabi dan keutamaan- keutamaannya. Kami menyebutkannya dengan membuang sanadnya agar mudah dihafal oleh pembaca. Hal itu merupakan suatu yang sangat penting sekali bagi orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah”. Penulis ingin memberikan opini bahwa shalawat-shalawat yang dia utarakan terdapat dalam hadits-hadits yang shahih, padahal ternyata kebanyakannya adalah dusta, palsu dan tidak ada asalnya dalam agama, isinya juga sarat memuat lafadz-lafadz kesyirikan dan kebid’ahan yang seharusnya tidak muncul dari seorang yang sedikit saja memahami agama Islam!! Bahkan bukan hanya itu saja, penulis malah berani membuat-buat hadits palsu tentang keutamaan shalawat- shalawatnya dan menyandarkannya kepada Rasulullah, seperti pada hal. 111: َ َر َﻗَﺒ َﺔً ﻣَﺮ َّةً اﻟﺼ َّﻼ َةَ ﻫ َﺬ ِﻩِ ﺣ َﺠ َّﺔٍ ﺛ َﻮَابَ ﻟ َﻪُ اﻟﻠﻪًُ أ َﻋْﺘ َﻖَ ﻣ َﻦْ وَﺛ َﻮَابَ ﻣ َﻘْﺒ ُﻮْﻟ َﺔٍ إ ِﺳ ْﻤ َﺎﻋِﻴ ْﻞَ وَﻟ َﺪِ ﻣ ِﻦْ ﻗَﺮَأ ﻣ َﻦْ : اﻟﻠﻪِ ر َﺳ ُﻮ ْلُ ﻗ َﺎلَ ﻛَﺘ َﺐ Rasulullah bersabda: “Barangsiapa membaca shalawat ini satu kali, maka Allah akan menilainya seperti pahala haji yang diterima dan pahala orang yang memerdekakan budak dari keturunan Ismail”. Lebih ngeri lagi, penulis nekat memberanikan diri membuat hadits-hadits qudsi seperti pada hal. 111: ﻓ ِﻲ ﻗ َﺼْﺮًا ﺻَﻠ َّﻰ ﺣَﺮ ْفٍ اﻟ ْﺠَﻨ َّﺔِ ﻣ ِﻦ ﻋَﺒ ْﺪٌ ﻫ َﺬَا ! ﻣ َﻼَﺋ ِﻜَﺘ ِﻲْ ﻋَﻠ َﻰ اﻟﺼ َّﻼ َةَ أَﻛْﺜَﺮَ ﻋِﺒ َﺎد ِيْ ﺑ ِﻜ ُﻞِّ ﻷ ُﻋ ْﻄِﻴَﻨ َّﻪُ … ﺣَﺒِﻴْﺒ ِﻲْ ْ اﻟﻠﻪُ ﻳ َﻘ ُﻮ ْلُ ﻳ َﺎ : ﺗ َﻌ َﺎﻟ َﻰ Allah berfirman: “Wahai para Malaikatku! Ini adalah hamba dari hambaku yang memperbanyak shalawat kepada kekasihku… Saya akan memberinya pada setiap huruf shalawat sebuah istana di surga…”. Cukuplah sebagai dosa dan teguran apa yang disabdakan oleh Nabi dalam haditsnya yang mutawatir: ﻋَﻠ َﻲَّ ﻛ َﺬ َبَ ﻣ َﻦْ اﻟﻨَّﺎرِ ﻣ ِﻦَ ﻣ َﻘ ْﻌ َﺪ َﻩُ ﻓَﻠْﻴَﺘَﺒ َﻮَّأْ ﻣُﺘ َﻌ َﻤ ِّﺪًا “Barangsiapa berdusta padaku dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-siap mengambil tempat duduknya di Neraka”. 2. Meminta Pertolongan Kepada Nabi Yang Telah Wafat Dalam pembukaannya, al-Juzuli mengatakan tentang Nabi: ِ ﺣ َﻀْﺮَﺗ ِﻪ ﻣ ِﻦْ ﻣ ُﺴْﺘ َﻤ ِﺪَّا “Kita meminta bantuan kepada beliau”. Sungguh ini adalah suatu kesyirikan yang nyata, sebab meminta bantuan tidak boleh kecuali hanya kepada Allah semata, berdasarkan firmanNya: (ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan- Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.(QS. Al-Anfal: 9) Hanya Engkaulah yang kami sembah dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (QS. Al-Fatihah: 5) Nabi sendiri apabila tertimpa kesulitan maka beliau bersungguh-sungguh dalam doa seraya mengatakan: “Wahai Dzat Yang Hidup dan Kuat, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan”. (HR. Tirmidzi 3524) 3. Memberi Nama dan Sifat Yang Tidak Pantas Al-Juzuli menyebutkan nama- nama Nabi lebih dari dua ratus nama, diantaranya: Muhyi (yang menghidupkan), Munji (penyelamat), Nashir (penolong), Mad’u (yang dimintai doa), Mujib (yang mengabulkan doa), Qawiyyun (yang maha kuat), Syaafii (penyembuh), Kasyiful Kurab (penghilang segala petaka) …!! Sebagaimana dimaklumi dalam agama Islam bahwa orang yang memberikan nama-nama seperti ini kepada selain Allah berarti dia di ambang pintu bahaya. Allah berfirman: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586]. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raf: 180) Bukan hanya itu saja, al- Juzuli kemudian memberikan nama-nama Nabi yang dibuat- buat sendiri seperti Yasin, Thoha, dan lain sebagainya. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Adapun apa yang disebutkan oleh orang-orang awam bahwa Yasin dan Thoha termasuk nama-nama Nabi maka hal itu tidak benar, tidak terdapat dalam hadits yang shahih, hasan, mursal ataupun atsar dari sahabat. Huruf-huruf ini adalah seperti Alif Lam Mim, Ha’ Mim, Alif Lam Ra dan sejenisnya”. (Tuhfatul Maudud hal. 109). 4. Khurafat Sufi Sangat nampak sekali dari buku ini bahwa al-Juzuli seorang Sufi tulen yang mengumpulkan beberapa bencana dalam kitabnya dari tokoh-tokoh Sufi sebelumnya seperti Ibnu Arabi, Syadzili dan selainnya. Diantara khurafat popular Sufi adalah aqidah mereka bahwa Nabi diciptakan dari cahaya. Oleh karenanya, al-Juzuli mengatakan: ْﻧ ُﻮْر ِﻩِ ﻋَﻠ َﻰ ﻧ ُﻮْرًا ز ِد ْﻩُ اﻟﻠ َّﻬ ُﻢَّ ﻣِﻨ ْﻪُ ﺧَﻠ َﻘْﺘ َﻪُ اﻟ َّﺬ ِي “Ya Allah, tambahkanlah dia cahaya di atas cahaya yang telah Engkau ciptakan”. Sungguh, aqidah ini sangat bertentangan sekali dengan firman Allah: Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.(QS. Al-Kahfi: 110) Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Adapun ucapan sebagian manusia, ahli khurafat dan orang-orang Sufi bahwa Nabi diciptakan dari cahaya dan makhulk pertama adalah cahaya Muhammad, semua ini adalah tidak ada asalnya, ucapan batil dan kedustaan belaka”. (Fatawa Nur Ala Darb 1/112-113). 5. Aqidah Wahdatul Wujud dan Melecehkan Tauhid Dalam shalawat Masyisyiyah, hal. 28-29 al-Juzuli mengatakan: ِ ِأ َو ْﺣ َﺎلِ ﺑ َﺤْﺮِ ﻋَﻴ ْﻦِ ﻓ ِﻲْ وَأ َﻏْﺮ ِﻗْﻨ ِﻲْ و َﻻَ أَر َى ﻻَ ﺣَﺘ َّﻰ ِ اﻟ ْﻮ َﺣ ْﺪ َة ﺑ ِﻬ َﺎ إ ِﻻَّ أ ُﺣ ِﺲَّ و َﻻَ أ َﺳ ْﻤ َﻊَ ﺑ ِﺤ َﺎر ﻓ ِﻲْ ﺑ ِﻲْ ز ُجَّ اﻟﻠ َّﻬ ُﻢَّ ﻣ ِﻦْ وَاﻧ ْﺸُﻠْﻨ ِﻲْ اﻷ َﺣ َﺪِﻳ َّﺔِ اﻟﺘ َّﻮ ْﺣِﻴ ْﺪ “Ya Allah! Tenggelamkanlah aku dalam lautan ahadiyah (wahdatul wujud), dan selamatkanlah aku dari lumuran lumpur tauhid, tenggelamkanlah aku dalam lautan wahdah sehingga aku tidak melihat, mendengar dan merasakan kecuali dengannya…”. Perhatikanlah, bagaimana dia mensifati tauhid yang merupakan dakwah para rasul semenjak pertama hingga terakhir sebagai lumuran lumpur dan berdoa agar tenggelam dalam aqidah wahdatul wujud (Manunggaling Kawula Lan gusti), suatu aqidah yang sesat dan menyesatkan . Hanya kepada Allah, kita meminta perlindungan dari kehinaan dan kesesatan!!. Demikianlah beberapa contoh petaka yang terdapat dalam buku Dalail Khairat. Kita berdoa kepada Allah agar menampakkan kepada kita kebenaran untuk kita ikuti dan menampakkan kebatilan agar kita jauhi. Dan shalawat serta salam bagi Nabi dan kekasih kita, Muhammad bin Abdillah berserta ara keluarganya
Bagi warga Indonesia kitab yang ditulis oleh seorang bernama Muhammad bin Sulaiman al- Juzuli (wafat th. 870 H) ini bukanlah hal yang asing lagi, lantaran buku ini merupakan salah satu pegangan pokok dalam ritual terkenal di kalangan mereka yang biasa dikenal dengan “Barjanjian” . Bahkan bukan hanya di Indonesia saja, ternyata telah melanda di belahan dunia. Haji Khalifah berkata dalam Kasyfu Dzunun 1/759: “Kitab ini merupakan tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah tentang shalawat kepada Rasul, biasa dibaca di belahan barat dan timur, terutama Negara Eropa!!!”. Al-Ustadz Khairuddin al-Wanli mengatakan: “Demi Allah saya bersumpah, tidaklah saya memasuki perpustakan masjid melainkan saya mendapatkan kitab Dalail Khairat agak rusak, karena sering dipergunakan, padahal dalam waktu yang sama saya mendapati mushaf Al- Qur’an penuh dengan debu karena jarang dibuka.
Semua ini karena kedustaan dan janji-janji palsu yang terdapat dalam Dalail bahwa barangsiapa yang membaca ini niscaya akan mendapatkan ini dan itu, shalawat ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan lain sebagainya dari kedustaan yang diterima oleh masyarakat dengan amat mudah. Oleh karenanya mereka begitu antusias dalam membacanya dan merasa bahwa mereka mendekatkan diri kepada Allah!! Dalam muqaddimahnya dicantumkan ucapan seorang diantara mereka: َ ْاﻟ ْﺨَﻴْﺮَاتِ ﺗ َﺤ َﻜ َّﻤ َﺖْ اﻟﺸ َّﻬ َﻮَاتِ ﻟ َﻈ َﻰ ﺑ ِﺎﻟﺼ َّﻼ َةِ ﻫ َﻮَاﻫ َﺎ ﻓ َﺎﺻْﺮ ِفْ ” بِ ﺳِﻴ َّﻤ َﺎ ﻻَ ﻣ ُﻮَاﻇِﺒ ًﺎ د َﻻَﺋ ِﻞِ ﻣِﻨ ْﻚ اﻟﻨ َّﻔ ْﺲَ رَأَﻳ ْﺖَ وَإ ِذَا ﻓ ِﻲْ ﺗ َﻘ ُﻮ ْد ُكَ و َﻏ َﺪ َت ” !! Apabila engkau melihat hawa nafsumu memuncak Dan ingin menyeretmu ke jeratan syahwat Maka paligkanlah dengan banyak shalawat Terutama dengan “Dalail Khairat”!!. Seandainya seorang yang berakal mau merenungi isinya, niscaya dia akan berpaling darinya dan melarang manusia untuk membacanya karena memang kitab tersebut sarat dengan kedustaan, kesyirikan dan kesesatan, serta dia akan berusaha untuk mengeluarkan kitab-kitab ini dari rumah-rumah Allah”. Uraian singkat berikut ini mencoba untuk memberikan beberapa bukti sebagai gambaran tentang isi kitab tersebut. Kita berdoa kepada Allah agar memberikan kepada kita semua hidayah dan menetapkan kita di atasnya: 1. Shalawat Dibuat-Buat Dalam pembukaannya hal. 2, al-Juzuli mengatakan: “Tujuan penulisan kitab ini adalah memaparkan shalawat kepada Nabi dan keutamaan- keutamaannya. Kami menyebutkannya dengan membuang sanadnya agar mudah dihafal oleh pembaca. Hal itu merupakan suatu yang sangat penting sekali bagi orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah”. Penulis ingin memberikan opini bahwa shalawat-shalawat yang dia utarakan terdapat dalam hadits-hadits yang shahih, padahal ternyata kebanyakannya adalah dusta, palsu dan tidak ada asalnya dalam agama, isinya juga sarat memuat lafadz-lafadz kesyirikan dan kebid’ahan yang seharusnya tidak muncul dari seorang yang sedikit saja memahami agama Islam!! Bahkan bukan hanya itu saja, penulis malah berani membuat-buat hadits palsu tentang keutamaan shalawat- shalawatnya dan menyandarkannya kepada Rasulullah, seperti pada hal. 111: َ َر َﻗَﺒ َﺔً ﻣَﺮ َّةً اﻟﺼ َّﻼ َةَ ﻫ َﺬ ِﻩِ ﺣ َﺠ َّﺔٍ ﺛ َﻮَابَ ﻟ َﻪُ اﻟﻠﻪًُ أ َﻋْﺘ َﻖَ ﻣ َﻦْ وَﺛ َﻮَابَ ﻣ َﻘْﺒ ُﻮْﻟ َﺔٍ إ ِﺳ ْﻤ َﺎﻋِﻴ ْﻞَ وَﻟ َﺪِ ﻣ ِﻦْ ﻗَﺮَأ ﻣ َﻦْ : اﻟﻠﻪِ ر َﺳ ُﻮ ْلُ ﻗ َﺎلَ ﻛَﺘ َﺐ Rasulullah bersabda: “Barangsiapa membaca shalawat ini satu kali, maka Allah akan menilainya seperti pahala haji yang diterima dan pahala orang yang memerdekakan budak dari keturunan Ismail”. Lebih ngeri lagi, penulis nekat memberanikan diri membuat hadits-hadits qudsi seperti pada hal. 111: ﻓ ِﻲ ﻗ َﺼْﺮًا ﺻَﻠ َّﻰ ﺣَﺮ ْفٍ اﻟ ْﺠَﻨ َّﺔِ ﻣ ِﻦ ﻋَﺒ ْﺪٌ ﻫ َﺬَا ! ﻣ َﻼَﺋ ِﻜَﺘ ِﻲْ ﻋَﻠ َﻰ اﻟﺼ َّﻼ َةَ أَﻛْﺜَﺮَ ﻋِﺒ َﺎد ِيْ ﺑ ِﻜ ُﻞِّ ﻷ ُﻋ ْﻄِﻴَﻨ َّﻪُ … ﺣَﺒِﻴْﺒ ِﻲْ ْ اﻟﻠﻪُ ﻳ َﻘ ُﻮ ْلُ ﻳ َﺎ : ﺗ َﻌ َﺎﻟ َﻰ Allah berfirman: “Wahai para Malaikatku! Ini adalah hamba dari hambaku yang memperbanyak shalawat kepada kekasihku… Saya akan memberinya pada setiap huruf shalawat sebuah istana di surga…”. Cukuplah sebagai dosa dan teguran apa yang disabdakan oleh Nabi dalam haditsnya yang mutawatir: ﻋَﻠ َﻲَّ ﻛ َﺬ َبَ ﻣ َﻦْ اﻟﻨَّﺎرِ ﻣ ِﻦَ ﻣ َﻘ ْﻌ َﺪ َﻩُ ﻓَﻠْﻴَﺘَﺒ َﻮَّأْ ﻣُﺘ َﻌ َﻤ ِّﺪًا “Barangsiapa berdusta padaku dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-siap mengambil tempat duduknya di Neraka”. 2. Meminta Pertolongan Kepada Nabi Yang Telah Wafat Dalam pembukaannya, al-Juzuli mengatakan tentang Nabi: ِ ﺣ َﻀْﺮَﺗ ِﻪ ﻣ ِﻦْ ﻣ ُﺴْﺘ َﻤ ِﺪَّا “Kita meminta bantuan kepada beliau”. Sungguh ini adalah suatu kesyirikan yang nyata, sebab meminta bantuan tidak boleh kecuali hanya kepada Allah semata, berdasarkan firmanNya: (ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan- Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.(QS. Al-Anfal: 9) Hanya Engkaulah yang kami sembah dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (QS. Al-Fatihah: 5) Nabi sendiri apabila tertimpa kesulitan maka beliau bersungguh-sungguh dalam doa seraya mengatakan: “Wahai Dzat Yang Hidup dan Kuat, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan”. (HR. Tirmidzi 3524) 3. Memberi Nama dan Sifat Yang Tidak Pantas Al-Juzuli menyebutkan nama- nama Nabi lebih dari dua ratus nama, diantaranya: Muhyi (yang menghidupkan), Munji (penyelamat), Nashir (penolong), Mad’u (yang dimintai doa), Mujib (yang mengabulkan doa), Qawiyyun (yang maha kuat), Syaafii (penyembuh), Kasyiful Kurab (penghilang segala petaka) …!! Sebagaimana dimaklumi dalam agama Islam bahwa orang yang memberikan nama-nama seperti ini kepada selain Allah berarti dia di ambang pintu bahaya. Allah berfirman: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586]. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raf: 180) Bukan hanya itu saja, al- Juzuli kemudian memberikan nama-nama Nabi yang dibuat- buat sendiri seperti Yasin, Thoha, dan lain sebagainya. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Adapun apa yang disebutkan oleh orang-orang awam bahwa Yasin dan Thoha termasuk nama-nama Nabi maka hal itu tidak benar, tidak terdapat dalam hadits yang shahih, hasan, mursal ataupun atsar dari sahabat. Huruf-huruf ini adalah seperti Alif Lam Mim, Ha’ Mim, Alif Lam Ra dan sejenisnya”. (Tuhfatul Maudud hal. 109). 4. Khurafat Sufi Sangat nampak sekali dari buku ini bahwa al-Juzuli seorang Sufi tulen yang mengumpulkan beberapa bencana dalam kitabnya dari tokoh-tokoh Sufi sebelumnya seperti Ibnu Arabi, Syadzili dan selainnya. Diantara khurafat popular Sufi adalah aqidah mereka bahwa Nabi diciptakan dari cahaya. Oleh karenanya, al-Juzuli mengatakan: ْﻧ ُﻮْر ِﻩِ ﻋَﻠ َﻰ ﻧ ُﻮْرًا ز ِد ْﻩُ اﻟﻠ َّﻬ ُﻢَّ ﻣِﻨ ْﻪُ ﺧَﻠ َﻘْﺘ َﻪُ اﻟ َّﺬ ِي “Ya Allah, tambahkanlah dia cahaya di atas cahaya yang telah Engkau ciptakan”. Sungguh, aqidah ini sangat bertentangan sekali dengan firman Allah: Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.(QS. Al-Kahfi: 110) Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Adapun ucapan sebagian manusia, ahli khurafat dan orang-orang Sufi bahwa Nabi diciptakan dari cahaya dan makhulk pertama adalah cahaya Muhammad, semua ini adalah tidak ada asalnya, ucapan batil dan kedustaan belaka”. (Fatawa Nur Ala Darb 1/112-113). 5. Aqidah Wahdatul Wujud dan Melecehkan Tauhid Dalam shalawat Masyisyiyah, hal. 28-29 al-Juzuli mengatakan: ِ ِأ َو ْﺣ َﺎلِ ﺑ َﺤْﺮِ ﻋَﻴ ْﻦِ ﻓ ِﻲْ وَأ َﻏْﺮ ِﻗْﻨ ِﻲْ و َﻻَ أَر َى ﻻَ ﺣَﺘ َّﻰ ِ اﻟ ْﻮ َﺣ ْﺪ َة ﺑ ِﻬ َﺎ إ ِﻻَّ أ ُﺣ ِﺲَّ و َﻻَ أ َﺳ ْﻤ َﻊَ ﺑ ِﺤ َﺎر ﻓ ِﻲْ ﺑ ِﻲْ ز ُجَّ اﻟﻠ َّﻬ ُﻢَّ ﻣ ِﻦْ وَاﻧ ْﺸُﻠْﻨ ِﻲْ اﻷ َﺣ َﺪِﻳ َّﺔِ اﻟﺘ َّﻮ ْﺣِﻴ ْﺪ “Ya Allah! Tenggelamkanlah aku dalam lautan ahadiyah (wahdatul wujud), dan selamatkanlah aku dari lumuran lumpur tauhid, tenggelamkanlah aku dalam lautan wahdah sehingga aku tidak melihat, mendengar dan merasakan kecuali dengannya…”. Perhatikanlah, bagaimana dia mensifati tauhid yang merupakan dakwah para rasul semenjak pertama hingga terakhir sebagai lumuran lumpur dan berdoa agar tenggelam dalam aqidah wahdatul wujud (Manunggaling Kawula Lan gusti), suatu aqidah yang sesat dan menyesatkan . Hanya kepada Allah, kita meminta perlindungan dari kehinaan dan kesesatan!!. Demikianlah beberapa contoh petaka yang terdapat dalam buku Dalail Khairat. Kita berdoa kepada Allah agar menampakkan kepada kita kebenaran untuk kita ikuti dan menampakkan kebatilan agar kita jauhi. Dan shalawat serta salam bagi Nabi dan kekasih kita, Muhammad bin Abdillah berserta ara keluarganya